Hi's Like, Idiot But Psiko

Bunuh Kami Sekarang {Mengandung Adegan Sadis}



Bunuh Kami Sekarang {Mengandung Adegan Sadis}

0Begitu tersadar hanya rasa sakit saja yang dirasakan oleh Oliver karena dia yang sadar terlebih dahulu. Rasa sakit diseluruh tubuhnya membuat Oliver hanya bisa meringkuk di atas lantai yang dingin. Teriakannya tidak lama karena mulutnya sakit saat dia berteriak.     

Air mata yang mengalir justru membuat wajahnya yang hancur menjadi perih. Jika dia hidup pun, dia akan menjadi orang cacat untuk seumur hidup. Tempurung kepalanya dan milik Antoio sudah entah ke mana, tentunya sudah dibuang oleh anak buah Maximus ke dalam kandang binatang yang ada di sana.     

Hanya suara ringisan saja yang terdengar. Rasanya ingin mati saja, tapi kenapa kematian tidak juga menghampiri mereka? Padalah mereka sudah mendapatkan siksaan yang begitu mengerikan tapi kenapa mereka tidak juga mati? Apakah malaikat maut tersesat di jalan sehingga malaikat maut belum juga mengambil nyawa mereka? Ataukah tempat itu tertutup sehingga malaikat maut tidak melihat mereka. Setelah kepalanya dibuka dia justru berpikir hal yang gila.     

"Ha... Ha... Ha..!" Oliver tertawa pilu lalu tangisannya terdengar. Dia tidak peduli lagi dengan apa pun, lagi pula seluruh tubuhnya memang sudah sakit.     

Yang lain pun mulai sadar, Austin tidak berdaya. Empat lubang di tubuhnya terus mengeluarkan air bercampur darah. Tentunya dia mendapatkan cairan obat seperti yang lain agar darah tidak mengalir sehingga mereka tidak cepat mati. Membiarkan mereka hidup dalam keadaan seperti itu adalah siksaan nyata yang harus mereka jalani.     

Roberto meraba sana sini akibat matanya yang sudah tidak ada lagi, Antonio pun berusaha mengumpulkan kekuatan. Rasa sakit akibat tusukan paku di tubuhnya mulai terasa. Antonio berteriak karena keadaannya yang mengenaskan namun teriakannya terhenti ketika melihat keadaan Roberto yang tak kalah mengenaskan dibandingkan dirinya.     

"Apa yang mereka lakukan padamu, Roberto!" teriaknya lantang. Walau seluruh tubuh terasa begitu sakit namun dia tidak terima kakaknya diperlakukan seperti itu. Dia datang ke kota itu untuk mengabulkan keinginan kakaknya, dia membunuh keluarga Aleandra untuk membalas dendam karena mereka sudah berani menjebloskan kakaknya ke dalam penjara. Apa yang dia lakukan hanya untuk kakaknya. Apakah tindakannya sudah salah sehingga dia dan kakaknya mengalami hal seperti itu?     

Jika dia tidak membunuh keluarga Aleandra apakah mereka akan mengalami hal mengerikan seperti itu? Entah kenapa dia jadi bisa sedikit berpikir dengan benar setelah tempurung kepalanya sudah terbuka. Seandainya dia tidak menghabisi keluarga Aleandra waktu itu, bukankah mereka tidak akan mengalami kejadian mengerikan itu? Lagi-Lagi pertanyaan seperti itu muncul. Malam itu dia juga sudah berhasil membebaskan Roberto dari hukuman mati, bukankah itu yang dia inginkan?     

"Fuck!" umpatan Antonio terdengar. Seorang Antonio, mafia yang paling ditakuti harus mengalami penyesalan karena tindakannya? Jika para musuhnya yang ada di Rusia tahu maka dia hanya akan menjadi bahan tertawaan mereka, sungguh memalukan.     

"Antonio, di mana kau?" Roberto masih meraba, mencari keberadaan adiknya. Walau lidahnya sudah tidak ada namun dia masih berbicara walau tidak begitu jelas.     

"Sial, apa yang pria gila itu lakukan padamu?" Antonio berusaha bergeser untuk mendekati kakaknya namun rantai yang membelenggu mereka semakin pendek sehingga mereka tidak bisa saling menjangkau satu sama lain.     

"Bagaimana dengan keadaanmu, kenapa kita tidak juga mati?" tanya Roberto. Tidak jauh berbeda dengan Oliver, mereka juga menginginkan kematian.     

"Aku rasa tidak semudah itu, Roberto. Pria itu lebih berbahaya dari pada yang kita duga, bahkan dia lebih berbahaya dari pada kita. Ternyata kita bukanlah apa-apa dibandingkan pemuda itu. Aku kira kita lebih hebat karena pengalaman kita tapi nyatanya aku salah. Ternyata kita kalah dengan seorang anak muda!"     

"Itu karena kalian meremehkan dirinya!" cibir Oliver.     

"Bukankah kau tahu semuanya? Kenapa kau tidak mengatakan semua yang kau tahu pada kami sebelum kita memulai?" ucap Antonio.     

"Aku sudah mengatakan semua yang aku tahu tapi satu hal yang di luar perhitunganku, mereka tidak akan membiarkan salah satu dari mereka menghadapi pertempuran sendirian. Seharusnya kita mengumpulkan sandera menjadi satu sehingga si idiot saja yang datang melawan kita. Kita justru mengundang yang lain yang tidak ada hubungannya sehingga kita kalah telak. Jika mereka dia saja yang menyerang kita, maka pertempuran itu bisa kita menangkan. Satu lawan empat, coba pikir siapa yang akan menang?"     

"Ck, semua sudah terlambat! Untuk apa mengatakannya sekarang? Semua yang terjadi memang kesalahanmu!"     

"Diam, semua terjadi karena kakakmu yang tidak bisa menahan nafsu untuk memiliki wanita itu dan juga kepercayaan dirimu yang meremehkan lawan!" Oliver tidak terima, keadaan mereka sudah seperti itu namun mereka masih saja saling menyalahkan. Tidak hanya itu saja, ternyata dia tahu di mana letak kesalahan mereka. Jika mereka menyatukan sandera, dia yakin yang datang pasti hanya Maximus dan kemungkinan kedua orangtuanya akan terlibat tapi ketiga musuh itu bisa mereka tangani dan dia tidak mungkin kalah di tangan Matthew Smith. Mereka bahkan tidak tahu apa yang sudah terjadi di markas lain. Seharusnya mereka tidak memancing yang lain, dia yakin mereka bisa memenangkan pertarungan jika mereka hanya menghadapi ketiga musuh itu namun dia sudah salah perhitungan. Beruntungnya empat putra kembar Matthew Smith dan mantan agen itu tidak datang, jika kelima orang itu ikut terlibat mungkin mereka sudah menjadi seperti chiken nugget yang ada di restoran fastfood tapi sekarang menyesal pun tidak ada gunanya.     

"Sudah selesai berdebat?" Jared masuk ke dalam ruangan. Hari ini dia mendapatkan tugas untuk memberikan keempat sandera itu cambukan.     

"Mana si idiot itu, kenapa tidak datang untuk membunuh kami?!" teriak Oliver.     

"Kau masih punya banyak tenaga untuk berteriak rupanya," ucap Jared.     

"Tidak perlu basa basi, bunuh kami sekarang. Lemparkan saja kami ke dalam kandang binatang peliharaan yang kalian miliki agar kami cepat mati!"     

"Kalian tidak akan mati dengan mudah dan kalian memang akan dimakan oleh binatang tapi yang kecil!" Jared menghampiri di mana cambuk berada dan mengambil sebuah cambuk berduri.     

Antonio dan Oliver terkejut melihat benda yang ada di tangan Jared, apakah siksaan yang mereka dapatkan belum cukup?     

"Karena tubuh kalian masih mulus tanpa luka jadi aku mendapat tugas untuk membuat kalian semakin tersiksa sebelum mati!" ucap Jared dengan seringai lebar.     

"Apa maksudmu? Apa ada yang lebih keji lagi?" teriak Oliver.     

"Ada!" jawab Jared dan setelah itu cambuk berduri di pecutkan ke tubuh Oliver.     

Teriakan OLiver terdengar saat cabuk berduri itu menghantam tubuhnya dan menarik dagingnya. Dua anak buah menghampiri Jared, cambuk juga sudah berada di tangan. Jared memerintahkan mereka untuk mencambuk Antonio dan Roberto, Austin tidak bergerak di lantai sehingga dia tidak dicambuk.     

Mereka bertiga dicambuk secara bersamaan, lagi-lagi teriakan mereka memenuhi ruangan. Jika saja para cicak yang ada di sana bisa berbicara, mungkin mereka akan menjadi team chearleaders untuk memberi Jared semangat.     

Suara pecutan cambuk dan suara teriakan terdengar memenuhi ruangan. Sobekan baju yang bersimbah darah berserakan, serpihan daging yang tertarik cambuk juga berserakan. Dua puluh cambukan mereka dapatkan, tentunya mereka akan kembali mendapatkan cambukan lagi setiap harinya sampai Maximus datang membuat perhitungan terakhir pada mereka.     

"Kalian gila, kalian semua gila!" ucap Oliver dengan suara lemah.     

"Sir, bagaimana dengan yang satu ini?" tanya anak buahnya seraya menghampiri Austin yang tidak bergerak.     

"Apa dia mati?" tanya Jared.     

"Tidak!" jawab sang anak buah sambil menendang tubuh Austin.     

"Jika begitu biarkan saja, bawa mereka bertiga ke kandang dan beri binatang itu makan!" perintah Jared.     

"Ak-Akhirnya," ucap Oliver. Dia kira ajalnya akan datang hari ini, mereka akan mati saat para binatang itu memakan mereka. Tiga kandang di bawa, Roberto yang dimasukkan terlebih dahulu. Dia tidak berdaya karena dia buta, dia tidak tahu berada di mana. Oliver sangat heran, mana binatangnya?     

Dua anak buah membawa sebuah kotak masuk ke dalam ruangan itu, mereka naik ke atas sebuah kursi dan membuka penutup kandang bagian atas. Oliver menelan ludah, dia rasa itu adalah binatang yang menjijikkan dan benar saja, isi kotak dituangkan dan puluhan tikus dituangkan ke dalam kandang.     

Teriakan Oliver terdengar melihat binatang menjijikkan itu, begitu juga dengan teriakan Roberto. Para tikus itu mulai menaiki tubuhnya untuk memakan serpihan dagingnya yang baru saja terkena cambukan.     

"Sekarang giliran mereka berdua!" ucap Jared.     

"Jangan, aku tidak mau. Singa, Macan atau Serigala apa saja boleh asal jangan binatang menjijikkan itu!" teriak Oliver. Sumpah demi apa pun, dia paling takut dengan tikus. Tidak saja menjijikkan tapi tikus-tikus itu memakan serpihan daging Roberto.     

Dua kandang kembali dibawa masuk, Oliver berteriak memohon agar dia tidak dimasukkan ke dalam kandang itu. Antonio mengumpat dan memaki, sumpah serapah juga terucap di bibir. Teriakan mereka tidak di pedulikan, mereka tetap diseret masuk ke dalam kandang dan dikurung di sana.     

"Keluarkan aku, keluarkan!" Oliver memukul dinding kandang yang terbuat dari kaca anti pecah dengan sisa tenaga yang ada. Oliver semakin ketakutan saat dua kotak dibawa masuk ke dalam ruangan itu.     

"Tuang secara bersamaan!" perintah Jared.     

"Tidak... jangan lakukan!" teriak Oliver namun penutup kandang bagian atas sudah dibuka dan dua anak buah sudah naik, siap menuang tikus ke dalam kandangnya.     

Teriakan permohonannya tidak dihiraukan sama sekali. Isi kotak siap di tuang, Oliver meringkuk di sisi kandang. Tikus-Tikus itu sudah di tuang ke dalam kandang. Oliver berteriak sambil menendang saat para tikus mendekatinya. Kerumunan tikus itu terus mendekati Oliver dan naik ke atas tubuhnya. Tentunya Oliver semakin berteriak histeris. Tidak saja Oliver, Antonio dan Roberto sibuk menyingkirkan para tikus itu dari tubuh mereka. Mereka tidak akan mati hanya karena tikus-tikus itu.     

Jared memandangi mereka dengan tatapan puas, jika bosnya melihat dia pasti akan puas dengan pemandangan itu. Sepertinya dia harus mengvideokan dan mengirimkan pada bosnya. Ponsel diambil, Jared mulai membuat Video pendek. Hanya Austin yang tidak mengalami siksaan itu, pria itu tidak bergerak karena dia di antara mati dan tidak. Sungguh lemah bahkan Oliver yang sudah mendapat siksaan sedemikian rupa masih bertahan. Ternyata benar, yang paling jahat yang paling kuat dan sulit untuk mati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.